Logo Bloomberg Technoz

Potensi Pasar Kredit Karbon RI Capai Rp52 T Setiap Tahun

Elisa Valenta
14 July 2023 10:13

Foto udara hutan hujan tropis di Kalimantan, Indonesia. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Foto udara hutan hujan tropis di Kalimantan, Indonesia. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - AC Ventures (ACV), perusahaan modal ventura tahap awal terkemuka di Indonesia, bekerja sama dengan Boston Consulting Group (BCG), merilis laporan komprehensif mengenai dekarbonisasi dan dampak yang luas terhadap potensi pertumbuhan ekonomi hijau di Indonesia. 

Laporan bertajuk Catalyzing Indonesia’s Green Growth Potential tersebut mengungkap potensi miliar dolar yang bisa diraih Indonesia dari upaya dekarbonisasi.

Sebagai negara penghasil gas rumah kaca terbesar keempat di dunia, Indonesia menghadapi tantangan lingkungan yang signifikan dan sangat rentan terhadap risiko perubahan iklim. 

Meskipun demikian, Lauren Blasco dari AC Ventures menjelaskan bahwa Indonesia juga memiliki potensi besar untuk beralih ke ekonomi hijau. 

“Perubahan ini merupakan peluang bagi startup, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), dan investor untuk memainkan peran utama dalam mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan dan mengatasi perubahan iklim,” katanya dalam keterangan resmi dikutip Jumat (14/7).

Lauren juga menekankan potensi besar dekarbonisasi yang dimiliki oleh Indonesia. Sebagai contoh, permintaan internasional untuk kredit karbon sukarela diperkirakan akan meningkat secara drastis dengan peningkatan sekitar 27% setiap tahun hingga tahun 2030. 

Saat ini, sekitar 30% dari cadangan karbon dunia terdapat di lahan gambut Indonesia saja. Jika Indonesia mampu mengenalkan sistem perdagangan yang melibatkan pelestarian lahan gambut tersebut, Indonesia berpotensi menjadi pelaku utama di pasar yang sedang berkembang ini.

“Kami memproyeksikan pasar kredit karbon akan tumbuh menjadi 140 juta ton pada 2030, melompat jauh dari 40 juta ton yang diterbitkan dalam dekade terakhir. Dengan harga proyeksi sekitar US$25 per ton, pasar ini sendiri berpotensi menghasilkan pendapatan sekitar US$3,5 miliar(setara Rp52 triliun)  setiap tahun, menunjukkan peluang yang signifikan,” katanya.

Berdasarkan laporan tersebut, pertumbuhan ekonomi hijau di Indonesia melibatkan tiga area fokus utama, yaitu:

  1. Strategi dan layanan profesional dengan potensi pasar mencapai US$46 miliar pada 2030.
  2. Solusi untuk mengoptimalkan intensitas gas rumah kaca dengan potensi pasar senilai US$350 miliar pada 2030, dan 
  3. Kompensasi emisi dengan potensi pasar mencapai US$3,5 miliar pada 2030.

Untuk memanfaatkan peluang-peluang tersebut secara maksimal, laporan tersebut menjelaskan bagaimana Indonesia dapat meningkatkan pendanaan untuk proyek-proyek berkelanjutan, mengembangkan kerangka regulasi yang mendukung, dan mengembangkan tenaga kerja yang terampil di bidang lingkungan. 

Langkah-langkah ini akan sangat penting bagi Indonesia dalam mencapai target pengurangan emisi yang ambisius pada 2030, sambil tetap mendukung pertumbuhan ekonomi negara. 

(Dok. AC Ventures dan Boston Consulting Group)

Marc Schmidt dari BCG mengatakan bahwa membangun ekonomi rendah karbon dan dekarbonisasi yang terkait akan memberikan peluang bagi para pemangku kepentingan di semua sektor, termasuk sektor UMKM yang besar dan penting di Indonesia.

“Partisipasi luas dari para inovator akan menjadi sangat penting untuk melaksanakan dan menjaga perubahan yang diperlukan dalam ekonomi Indonesia,” ujarnya.

(evs)