"'Kalau saya gak dikasih bunga deposito atau bunga simpanannya segini ya saya pindahin ke sana'. Ini jadi bargaining-nya mereka, kita akhirnya mau gak mau untuk mempertahankan dana itu, bank ngasih special rate. Ini yang salah satu hal yang menyebabkan ini jadi agak menahan, menahan transmisinya tidak seperti yang kita harapkan gitu," ungkap Bambang.
Di sisi lain, kondisi ini menyebabkan suku bunga Dana Pihak Ketiga atau DPK sulit turun secara signifikan, yang kemudian berpengaruh langsung terhadap ketahanan suku bunga kredit.
Dengan demikian, ujar Bambang, dalam menghadapi kondisi ini, sebagian bank mencoba melakukan efisiensi operasional, seperti menekan biaya overhead, yang mana dengan cara tersebut, bank masih dapat menurunkan suku bunga kredit tanpa mengorbankan tingkat keuntungan.
Meskipun demikian, proses transmisi kebijakan moneter memang secara alami memiliki waktu jeda (lag time). Penyesuaian bunga kredit biasanya hanya terjadi pada kredit baru, sementara kredit yang sudah berjalan tidak langsung terpengaruh.
"Sehingga kalau kita urut dari yang di awal tadi mulai dari transmisi BI rate-nya sampai ke suku bunga DPK dan suku bunga kredit ya kira-kira itu gitu. Sehingga lag-nya jadi agak panjang gitu untuk bisa sampai BI ratenya turun diikuti dengan penurunan di DPK walaupun di suku bunga kredit," pungkasnya.
(prc/lav)
