Di tingkat global, indeks Kp tercatat mencapai 7,667 (kategori G4), sementara indeks Dst mencapai -120, menandakan kondisi badai kuat.

Akan tetapi, badai geomagnetik ini berdampak lebih besar pada wilayah lintang tinggi seperti Amerika Utara, Australia, dan Selandia Baru—termasuk terlihatnya aurora. Namun, kata BMKG, wilayah Indonesia secara umum tidak terdampak langsung badai tersebut. Namun, potensi gangguan pada sistem kelistrikan, satelit, dan komunikasi radio tetap menjadi perhatian global.

BMKG menegaskan fenomena seperti ini, meski jarang terjadi, perlu diwaspadai terutama karena dapat memicu gangguan teknis seperti lonjakan arus listrik, gangguan navigasi satelit, dan komunikasi radio, terutama di wilayah dekat kutub.

"[namun] Indonesia umumnya tidak terdampak secara langsung," tulis BMKG. 

Berikut Klasifikasi Badai Geomagnetik:

G1 - Badai Kecil (Minor Storm | Kp=5)
Fluktuasi jaringan kelistrikan yang ringan dapat terjadi, hewan-hewan dapat bermigrasi karena efek badai di tingkat ini, dan aurora umumnya terlihat di wilayah sekitar kutub.

G2 - Badai Sedang (Moderate Storm | Kp=6)
Kerusakan transformator dapat terjadi, perambatan gelombang radio frekuensi tinggi dapat melemah di lintang tinggi, dan aurora dapat terlihat pada garis lintang 55".

G3 - Badai Kuat (Strong Storm | Kp=7)
Gangguan tegangan kelistrikan dapat terjadi, navigasi satelit, navigasi radio frekuensi rendah dan tinggi dapat terputus-putus, serta aurora dapat terlihat pada garis lintang 50".

G4 - Badai Sangat Kuat (Severe Storm | Kp=8)
Gangguan tegangan kelistrikan mulai menyebar luas, navigasi satelit, radio frekuensi rendah dan tinggi dapat terganggu berjam-jam, serta aurora dapat terlihat pada garis lintang 45°.

G5 - Badai Ekstrem (Extreme Storm | Kp=9)
Kerusakan jaringan listrik atau pemadaman listrik total, kerusakan pada trafo, radio frekuensi tinggi, navigasi satelit dan navigasi radio frekuensi rendah bisa tidak berfungsi berhari-hari, serta aurora dapat terlihat pada garis lintang 40".

(prc/frg)