Logo Bloomberg Technoz

Belt and Road Initiative Summit

Investasi Tambang dari China Dinilai Jauh dari Ramah Lingkungan

Sultan Ibnu Affan
17 October 2023 18:40

Kompleks pengolahan nikel yang dioperasikan oleh Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara, Selasa (7/3/2023). (Dimas Ardian/Bloomberg)
Kompleks pengolahan nikel yang dioperasikan oleh Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara, Selasa (7/3/2023). (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta – Keterlibatan Indonesia dalam Belt and Road Initiative (BRI) –  yang dipenggawai China sejak 2013 – dinilai belum mencerminkan upaya pembangunan berkelanjutan, sebagaimana digaungkan dalam BRI Summit pekan ini.

Pemerintah China menggelar BRI Summit pada 17—18 Oktober 2023. Dalam agenda itu, setidaknya akan ada tiga forum tingkat tinggi yang akan membahas agenda utama, yakni; mengenai isu konektivitas, pembangunan hijau, dan ekonomi digital.

Dalam kaitan itu, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyatakan proyek-proyek yang didanai oleh program BRI besutan China di Indonesia masih belum mencerminkan upaya berkelanjutan.

Menurutnya, statistik dan fakta di lapangan justru menunjukkan masifnya jumlah investasi China di bawah payung BRI masih menuai kritik, yakni bertentangan dengan semangat pembangunan hijau dan terkendala isu lingkungan.

"Proyek-proyek tersebut belum mencerminkan upaya keberlanjutan sebagaimana digaungkan oleh China," ujarnya melalui siaran pers, Selasa (17/10/2023).