Seperti diketahui, Presiden AS Donald Trump telah mencanangkan tarif bea masuk resiprokal terhadap impor yang masuk ke Negeri Adidaya. Artinya, makin besar surplus neraca dagang suatu negara terhadap AS, maka tarif bea masuk pun akan kian tinggi.
Sejak pengumuman itu, berbagai negara berbondong-bondong melakukan negosiasi dengan AS untuk meminta tarif bea masuk yang lebih rendah dengan segala kompensasinya. Indonesia menjadi salah satu negara tersebut.
Dengan negosiasi tahap pertama yang hampir rampung, maka diharapkan perang dagang dalam skala global bisa dicegah. Arus perdagangan tidak terhambat, dan perekonomian dunia akan tumbuh.
Emas adalah aset yang dipandang aman (safe haven asset). Ketika situasi lebih tenang, minim ‘huru-hara’, maka investor akan cenderung memilih aset berisiko seperti saham.
Analisis Teknikal
Namun sepanjang April, harga emas masih membukukan kenaikan 2,03% secara point-to-point. Maklum, harga sang logam mulia beberapa kali mencatat rekor tertinggi pada perdagangan bulan lalu.
Lantas bagaimana prediksi harga emas untuk bulan ini? Apakah pada Mei harga emas bakal rekor lagi?
Secara teknikal dengan perspektif bulanan (monthly time frame), emas mantap di zona bullish. Tercermin dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 81,72.
RSI di atas 50 mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bullish. Namun hati-hati, karena RSI di atas 80 juga menjadi sinyal sudah jenuh beli (overbought).
Adapun indikator Stochastic RSI ada di 77,74. Menghuni area beli (long) yang kuat, bahkan hampir jenuh.
Dengan begitu, sebenarnya ada kemungkinan harga emas turun bulan ini. Waspadai pivot point di US$ 3.243/troy ons. Sebab dari sini, harga bisa menguji support di US$ 3.056/troy ons yang menjadi Moving Average (MA) 5.
Jika tertembus, maka MA-10 di US$ 2.843/troy ons bisa menjadi target berikutnya.
Sedangkan target resisten terdekat adalah US$ 3.323/troy ons. Penembusan di titik ini bisa mengatrol harga emas menuju US$ 3.545/troy ons.
Target paling optimistis adalah US$ 3.658/troy ons.
(aji)
