"Jadi banyak pesanan ekspor sebelum kenaikan tarif itu dilakukan, bahkan sesudah adanya pengumuman. Ini mungkin sedikit menjelaskan pertumbuhan ekspor yang meningkat," tutur Sri Mulyani.
"[Tetapi] kita nanti [tetap] harus melihat secara hati-hati dampak keputusan dari Presiden Trump yang menetapkan 19%, lebih rendah dari yang diumumkan di awal. Kita harapkan momentum akan tetap tejaga di kuartal ketiga dan keempat."
BPS sebelumnya juga melaporkan total nilai ekspor pada Juni 2025 tercatat US$23,44 miliar atau naik 11,29% secara tahunan (year-on-year/yoy) dibanding juni 2024. Secara akumulasi, sepanjang Januari-Juni 2025, total nilai ekspor tercatat US$135,41 miliar atau naik 7,7%.
Peningkatan ekpor tersebut ditopang oleh kenaikan ekspor nonmigas, yakni komoditas biji logam terak dan abu yang naik 3.736,4% dengan andil 3,09%. Kemudian, komoditas lemak dan minyak hewani/nabati naik 22,05% dengan andil 2,85%, serta logam mulia serta perhiasan atau permata yang naik 104,44% dengan andil 2,59%.
(lav)

































